Minggu, 01 Maret 2020

Babinsa dan Masyarakat Memang Tak Bisa dipisahkan


Majalah Saung Teritori

Pra TMMD ke 107 Kodim 0411/LT di wilayah Kecamatan Padang Ratu semakin menyimpan kenangan tersendiri bagi warga yang merasakanan langsung saat bekerja bersama Personel Kodim 0411/LT. Minggu (01/03)

Koptu Masyuri mengukir canda dan tawa bersama masyarakat Sumbersari saat sarapan sebelum bergotong royong mengerjakan pembangungan Masjid Nurul Huda yang menjadi salah satu sasaran TMMD ke 107 Kodim 0411/LT.

Di teras rumah warga Koptu Masyuri sempat bertanya kepada masyarakat "Bapak-bapak, kebetulan ini kita sarapan salah satu lauknya adalah Perkedel, hayo siapa yang tahu kenapa makanan ini diberi nama perkedel?"

Warga yang selesai mengambil makanan memandang perkedel dipiring mereka masing-masing, dan tidak sedikit yang mulai menggaruk kepalanya walau tidak sedang merasa gatal.

"Sudah dari sononya pak Babinsa" jawab Suranto (43 tahun) warga Dusun Sumbersari.

Koptu Masyuri tertawa sambil geleng-geleng, ""Ayo pak Babinsa jelaskan kenapa ini dinamakan perkedel?" Rasimin (53 tahun) mulai mendesak Babinsanya menjawab.

Koptu Masyuri memandangi pekedel di piringnya "Perkedel ini adalah lambang kemustahilan di zaman dahulu bapak-bapak, namun saat sudah terwujud terlahirlah kenikmatan rasa yang luar biasa"


"Saat itu TNI masih di sebut TKR, saya ibaratkan ada warga sini yang jatuh cinta dengan warga di kampung sebelah, sebuah kemustahilan dikarenakan beda kultur budaya antara kampung sini dan sana, terlebih lagi saat itu kampung mereka dipisahkan oleh belantara dan sungai yang besar". lanjut Koptu Masyuri

"Kok mirip situasi tempat kita ya pak?" tanggap Asep Bintoro (21 tahun)

"Bisa jadi, kayaknya mirip ya, saya lanjutkan, nah saat itu TKR (Tentara Keamanan Rakyat) berusaha menyatukan mereka dengan cara membangun jalan penghubung dan jembatan penyeberangan, itu karena cinta antara keduanya sangat besar, atas jasa-jasa TKR akhirnya mereka dapat bersatu dan hidup bahagia" ujar Koptu Masyuri.

"Lha apa hubungannya dengan perkedel pak Babinsa?" potong Marji (43 tahun)

Koptu Masyuri mulai mencuil perkedel di piringnya sembari mencocolkan ke sambel untuk siap dimakan "Karena perkedel itu adalah singkatan dari PERKAWINAN KENTANG DAN TELUR, padahal kentang dan telur memiliki kultur budaya yang jauh berbeda"

Sontak warga terlihat cekikikan, tidak sedikit yang mulai terbatuk saat ada yang mengganjal di kerongkongan mereka, wargapun terlihat fresh di pagi hari ini tanda siap untuk bekerja.

Usai sarapan tiba-tiba mbah Salikun bertanya "Pak Babinsa ngamplop berapa?"

Koptu Masyuri terdiam heran dan terlihat bingung "Ngamplop apa mbah?"

"Ngamplop nyumbang saat perkawinan kentang dan telur dilaksanakan pak". jawab mbah Salikun polos

Sontak semua warga tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban mbah Salikun sembari menuju Masjid Nurul Huda yang pengerjaannya sudah mencapai 61 %.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar